Budaya Budaya Film Pendek

Sejarah keberadaan Tari Balanse Madam tidak terlepas dari kehadiran bangsa Portugis di pantai barat pulau Sumaterai ini. Kawasan muara Batang Arau dari pintu masuk pelabuhan merupakan cikal bakal dari pertumbuhan dan perkembangan kota Padang hingga dewasa ini, yang dimulai oleh tumbuhnya kegiatan perniagaan kawasan itu. kawasan ini mulai ramai sejak orang Portugis berdatangan untuk berdagang ke kota Padang pada masa itu. Menilik kehadiran bangsa Portugis ke Padang sebagai pedagang, maka bersamaan itu pula berdatangan berbagi macam etnis yang berdatangan mulai dari minang, cina, india, dan nias datang dan menetap di kawasan muara Batang Arau, terlihat dari peninggalan bangunan-bangunan tua, tempat peribadatan Tionghoa, dan perkampuang orang keling.Sehingga melahirkan suatu akulturasi budaya yang disebut tari Balanse Madam.

Rachel and Wei Jie go on a Peranakan museum tour to learn more about the culture. As they return to the museum at night, they begin to find out that the museum does not seem like what it is during the day.

How are social media and netizens shaping internet culture and is it harmful for youths? In this episode of Chatterbox, we talk about how the internet promotes “wokeness”, memes and cancel culture. We also go into the psychological effects such a culture can have on youths, whether positive or negative.

Housing has been a hot topic issue since the start of the pandemic when the construction of new flats have been delayed. Even more so now as new measures have been announced to curb rising costs. In this episode, we discuss some of the common issues youths face, whether condos or HDBs makes more sense and what they should consider financially before deciding if purchasing a flat is for them.

The Barong Tagalog is a Filipino symbol of celebration and hope. When it is old, it is frequently kept in the cabinets of many Filipino families. Maricel Amora revives these barongs and transforms them into another Filipino emblem of joy and optimism - the parol.

Zulham mengalami gagal panen karena wabah dan merasa sebagai suami paling buruk di dunia. Apalagi kini Purwanti, istrinya, yang bekerja keras demi keluarga. Sedangkan anaknya Raihan dihadapkan dengan pola didik yang berbeda. Sekarang mereka harus pergi bersama ke sebuah tradisi upacara tolak bala di laut. Sampai akhirnya konflik memuncak dan peristiwa tak diduga terjadi.

In Singapore's Little India, traditional businesses like goldsmiths, Indian restaurants and coffee shops, saree shops, and stalls selling garlands and sweets continue to thrive alongside newer establishments like boutiques and souvenir shops. There is round-the-clock activity from the clusters of night-time hangouts, backpacker hostels and late-night eateries in the area.But Little India is more than just a vibrant tourist location. It also represents a home away from home for migrant workers. Places create a sense of community and home, and no one understands this more than the team that run a soup kitchen which packs free meals for over 1,000 migrant workers daily.

Bercerita tentang Feri(23) anak bungsu dari dua bersaudara yang tinggal disuatu daerah di tanah Pasundan. Suatu hari ia diberi wasiat oleh mendiang ibunya untuk membuat sesajen sehari sebelum bulan puasa. Feri yang merasa diberikan wasiat itu mencoba untuk memenuhinya setahun setelah sang ibu wafat. Tetapi Feri memiliki masalah, yaitu ia tidak memahami tentang pembuatan sesajen yang dimaksud oleh sang Ibu. Lalu ia mencoba menelfon kakaknya Galih(26)seorang karyawan swasta yang yang juga pribadi yang sangat religius. Galih yang sudah 1 tahun bekerja di luar kota diminta untuk pulang oleh Feri. Sesampainya dirumah Feri menceritakan semua kegundahan terutama tentang Sajen yang diminta oleh sang Ibu, Galih yang mendengar hal itu langsung menolaknya dengan keras, tetapi Feri terus berusaha membujuk dan menjelaskan bahwa ini adalah wasiat sang ibu, di sisi lain ia mengatakan bahwa hanya Galih yang mengetahui tentang pembuatan Sajen ini karena sering membantu Ibu mereka untuk membuatnya. Perdebatan terus terjadi Galih yang tetap merasa bahwa itu tidak sesuai dengan ajaran Agama yang dianutnya tetapi Feri terus berkata bahwa ini tidak ada sangkut pautnya dengan agama, ini hanya wasiat dari sang Ibunda dan ia merasa harus memenuhinya. Hingga akhirnya setelah melalui perdebatan panjang, dengan berat hati Galih sepakat untuk membuat sesajen itu. Mereka berdua pun berhasil menyelesaikan sesajen itu lalu menutup satu hari sebelum puasa dengan makan sore bersama. Ditengah suasana makan sore itu Feri tiba-tiba terdiam senyum melihat dia dan Galih bisa berkumpul kembali sambil menatap sesajen yang ia letakan ditempat duduk kesukaan ibunya, ia pun mengangguk dan memamami akan maksud wasiat sang ibu yang sebenarnya.

About traditional activities that always prioritize masculinity and are broken by a young girl who wants to get gender equality.

Hunting boars exists in the Minangkabau community who adhere to the principle of "customs based on Islamic law, Islamic law based on Quran". It has become a polemic among the community and religious leaders since the involvement of dogs and pigs contradicts to Islamic principles. However, this has always been a taboo subject without a clear, conclusive resolution.

Tells the story of a man whose life is very dependent on his pet fish that can talk. Initially all went well until one day the fish had a request that was very difficult to fulfill.

As the time changes and the Iban people of Borneo grow into the modern world, will the Gendang Rayah music stay and be a beacon of Iban identity or be lost as ideas and agendas change. Gendang Rayah is a ritualistic music by the Ibans to summon the spirits and gods as per the Iban belief. However as more and more Ibans are now Christians, Gendang Rayah becomes more and more rare entangled by the Miring ceremony that is a huge part of Gendang Rayah music. We interview experts in Iban customs, music and a priest to discuss the preservation of Gendang Rayah music.